Sabtu, 18 Februari 2023

Secuil Kisah Di Negeri Tabuik

Mari aku narasikan singkat tentang kamu

Seseorang istimewa 2021


πŸŒŠπŸš†πŸšŒπŸŒ΄

⛵πŸ–️πŸ“ΏπŸ“š

20 Juni 2021


Ini kali pertama aku bertemu dengannya — seorang cowok seumuran, yang aku kenal lewat WA lebih dari setengah tahun lalu.


Sebenarnya aku malu kepadanya karena telat bertemu di stasiun kereta, tempat yang kami janjikan. Apalagi aku cukup kaget mendengar klakson sebuah angkot pink khas angkutan daerah Padang yang dia naiki ketika melewati jalan di depan rumah aku.


Dia telah jauh-jauh menghampiriku dan anehnya aku malah dengan lugunya bilang, "Maaf aku telat datang, kamu isi perut aja dulu, aku otw. Hehehe." 


Sesampainya aku diantar umi. Aku sedikit gugup melihat dia dari kejauhan, dia tidak melihat ke arahku. 


_"Itu teman Riani umi. Dia yang punya penerbit. Mau Riani kenalkan ngga?"_ Umi menolak, aku salam ke Umi lalu berjalan ke arahnya.


Ia si pemilik bahu lebar, sedikit bungkuk, mengenakan kemeja hijau alpukat, celana hitam, dan tas punggung warna coklat. Kulitnya coklat, mengisyaratkan bahwa hidupnya tidak baik-baik saja. Wajahnya berperawakan tegas dengan alis tebal dan tahi lalat di bawah mata kanannya.


Dia tampak melamun, kira-kira apa yang dia pikirkan ya? Apakah sama gugupnya denganku. Inisiatif. Aku lalu menepuk tangan di depan wajahnya, dia kaget, aku sumringah. Puas.


"Kamu Ardi ya?" Pertanyaan aneh macam apa ini. 


"Bukan." Dia tidak berekspresi.


"Ngelawak kamu ya, Ardi. Udah makan?" Dia mengangguk.


Heiii!! Hal aneh apa ini, kemana pergi sifatnya yang draman selama aku mengenalnya di WA. Meresahkan. 


Aku dan dia lalu ke loket tiket kereta api yang tak jauh dari sana. Namun sayangnya, sudah tertulis kalau tiket hari itu sudah habis semua.


Aku bercerita bagaimana tiket kereta yang cepat habis ketika hari libur tiba, dia yang terlalu ngebet pengen ketemu, dan juga meledek karena dia tidak pernah naik kereta sebelumnya.


Di jalan dia sempat bilang

"Sih, kamu kenapa sih di WA cuman "Okela Di," "Iya Di," "Owh gitu ya,"?"

Aku cuman cengengesan biasa dan bilang kalau aku kurang suka yang namanya komunikasi virtual, banyak yang lebih penting daripada virtual, kita punya kehidupan sendiri.


Untuk mempersingkat narasi malam ini, langsung saja.


Kami berjalan sejajar di bawah teriknya matahari hendak aku ingin mengajaknya ke tugu Tabuik dan taman _Batang Ayiah_ dekat pusat kota itu. 


Aku banyak bercerita sama dia, mungkin aku yang terlalu bacot dibandingkan dia, dipikir-pikir dia seperti remaja cowok biasa, karena banyak diamnya juga.


Dia menyodorkan sebuah paperbag ke arahku, "Buat kamu, buku hadiah yang aku janjikan." Dia tersenyum tipis. Aku mengambilnya dan tersenyum isyarat terima kasih.


Sesampainya di tugu Tabuik yang dia harapkan, padahal apa istimewanya juga, dia sedikit kecewa.


Lalu kami ke taman dan duduk di salah satu bangku. Dia tampak kepanasan bahkan sudah menghabiskan 1 plastik tisu. Aneh memang panas darimananya? Aku saja saat itu mengenakan sweater.


Aku membuka paper bag yang dia berikan, ada tiga buku, salah satunya karya dia. Senangnya dapat hadiah. Aku mengeluarkan uang 30 K karena sempat berjanji akan membeli karyanya, bukan diberi secara cuma-cuma, dia sempat menolaknya, walau menerima saja.


Lalu kami sholat berjamaah di Masjid _Pasiah._ Kami wudhu bergantian karena memegang paperbag, bawaanku, dan bawaannya. Dia dahulu dan aku setelahnya. 


Lalu kami sholat sesuai saf masing-masing. Setelah sholat, aku menunggunya di depan gerbang Masjid, dia pun datang lalu memakai sepatunya. 


Kami pun keluar, dia pun berhenti dan bicara dengan seorang bapak-bapak, lalu kami melanjutkan perjalanan, dia bilang itu sopir angkot ke sini tadi, aku mengangguk paham.


Dia berhenti di kaki lima yang menjual aksesoris, aku ikut berhenti juga, dalam hati aku mendongkol _"Apa lagi sih Hyung."_ 


Dia menunjuk di barisan gelang, "Pilih sih." 


Kaget, "Eh! Apa ni?"


"Pilih aja, Sih." Aku lalu memilihkan gelang yang aku rasa pas. Dia membeli dua. Satu untuk aku dan satu lagi untuk dia, couplean ceritanya.


*Gelang dua warna, hitam dan krem, yang bermakna saling melengkapi perbedaan yang dilandasi saling menerima.*


Aku lalu memakai gelangnya sendiri. Dia tampak kesulitan.


"Ran, tolongin aku pake gelangnya dong sih." Aku lalu membantunya memakai gelang di tangan kanannya.


Setelahnya kami duduk di pantai, memesan dua pop mie, dan dua teh es. Sembari makan, seorang ibu-ibu datang menawarkan sala dagangannya, kami membeli sala bulek, sala udang, dan sala kepitingnya. Sayang sekali sala udangnya tidak enak.


Lalu dengan berat hati aku tidak bisa menemani ia bermain air laut, dia tampaknya sedikit murung.


Setelah membayar makanan kami tadi, aku mengajaknya ke teman ASEAN, walau sekali lagi kecewa bendera negara-negaranya tidak dikibarkan saat itu. Setidaknya kami bisa duduk-duduk di tempat teduh. Banyak hal yang kami ceritakan.


Mengingat waktu juga, setelahnya dia ingin meminum pokat kocok walau aku sedikit bingung dimana yang menjualnya tadi, pada endingnya kami hanya berjalan-jalan tidak menemukan orang menjualnya.


Dan terakhir kami berpisah. Walau aku sempat diledek oleh sopir angkot dia berangkat tadi juga.


_"Pamitan lah samo adiak tu; Abang pulang lu Diak, pulang Abang lai," ledek sopir angkotnya cengengesan._


Dengan polosnya Ardi mengulurkan tangannya, dia malah mengajakku berjabat salam. Ini mah bukan polos lagi namanya, jelas banget usilnya ToT


Aku menepis, "Apa sih Di!" 

Aku kira dia bakal ketawa, tapi ekspresinya malah diam biasa aja, aneh.


"Ardi, pulang dulu, Sih. Kamu sama apa pulang?"


"Riani ke rumah nenek Ran aja, dekat sini."


"Ini kan bisa ...." Bicara Ardi tidak jelas, tapi dia menunjuk ke angkot. 


Aku menggeleng, paham maksudnya Ardi. Dia bermaksud naik angkot bersama dia saja karena arahnya juga lalu rumah aku, jadi nanti bisa sekalian berhenti di depan rumah aku. Sebenarnya niatnya baik, tapi kan aneh jika nanti tiba-tiba ada angkot warna pink norak khas sekali angkot Padangnya, berhenti di depan rumah aku, lalu aku yang keluar, ukh sudah terbayang semua mata akan tertuju padaku T~T


Dan rasanya, ini adalah satu-satunya hari terindah yang kita punya ya kan, Di?

Posting Komentar